HOW TO DEAL WITH CULTURAL BARRIERS ?
01 November 2016
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Aini Nadiva, S. Psi., M. Psi
Konsep Bhineka Tunggal Ika membuat Indonesia dikenal memiliki keragaman budaya dan adat istiadat. Tidak hanya terbatas pada budaya yang sudah familiar serta melekat seperti halnya Jawa, Bali, Kalimantan dst... namun semenjak era reformasi 1998 budaya Tionghoa bahkan sudah mulai diakui di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dapat digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang tidak lepas dari keberagaman budaya atau cultural diversity.
Selain cultural diversity yang identik dengan keunikan serta kekhasan dari adat pada suatu daerah, budaya juga melekat pada pribadi seseorang yang tentu saja berpengaruh pada perilaku hidupnya sehari-hari. Tidak hanya pada bentuk interaksi sosialnya saat berada di lapangan saat bersosialisasi namun juga dalam bekerja.
Ketika kita bekerja, terutama di kota-kota besar, cultural diversity akan sangat terasa di dalam kehidupan kerja. Kita pasti memiliki rekan kantor dari beragam budaya dengan bentuk perilaku dan sudut pandang yang berbeda dengan budaya yang sudah melekat dalam diri kita. Hanya saja, pada situasi tertentu keberagaman budaya ternyata dapat menciptakan hambatan atau biasa disebut dengan cultural barrier.
Sebuah teori menyebutkan bahwa cultural barrier merupakan batasan psikologis seseorang untuk memiliki kemauan menerima atau mengadopsi norma dan budaya dari orang lain. Ketika seseorang memiliki batasan dalam menerima keberagaman budaya, salah satu dampak yang dirasakan adalah komunikasi, padahal komunikasi merupakan pilar utama bagi keberlangsungan kegiatan perusahaan.
Akan tetapi, apabila kita kurang menyadari adaya cultural diversity dalam kehidupan kerja, memicu seseorang untuk membatasi diri dalam bersosialisasi terutama keengganan dalam menjalin komunikasi.
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya Cultural Barrier ?
Banyak hal mendasari seseorang untuk membatasi diri ketika berkomunikasi dengan rekan kerja lintas budaya. Sudut pandang dan norma-norma yang sudah melekat di dalam diri seseorang bisa menjadi salah satu faktor penghambat dalam menerima cultural diversity sehingga kemudian menciptakan cultural barrier. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi munculnya Cultural Barrier di dalam diri kita, yaitu :
1. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Seseorang seringkali mengalami kesulitan serta membatasi diri dalam menjalin komunikasi dikarenakan adanya perbedaan status ekonomi dan sosial. Hal ini akan menjadi cultural barrier di dalam diri sehingga enggan untuk berkomunikasi dengan rekan kerja kita yang memiliki kondisi sosial dan ekonomi yang dibawah kita. Bahkan sebaliknya yang kondisi sosial serta ekonominya berada dibawah juga memiliki sikap minder serta keengganan untuk menjalin komunikasi dengan rejan kerja yang kondisi ekonominya justru diatas mereka. Pertimbangan takut ditolak serta khawatir tidak diterima komunitasnya menjadi alasan prilaku ini muncul.
2. Cultural backgorund
Pola perilaku dan norma yang ada di dalam diri kita juga tidak lepas dari latarbelakang budaya yang sudah melekat sejak lama. Hal ini sangat berpengaruh dalam cara kita memandang, menilai serta meyakini sesuatu. Oleh sebab itu, saat memasuki dunia kerja dan bertemu dengan rekan kerja dari berbagai latar belakang budaya, sering muncul adanya perselisihan, conflict of interest, persaingan tidak sehat dst.. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh hambatan dalam diri sehingga sulit untuk terbuka serta menerima keberagaman budaya.
3. Bahasa dan Aksen
Bahasa juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penghambat bagi kita untuk menerima keberagaman budaya atau cultural diversity. Banyak dari kita kesulitan untuk berkomunikasi dikarenakan perbedaan bahasa serta aksen. Hal ini mengundang kesalahpahaman satu sama lain dan akhirnya menimbulkan konflik. Ditambah dengan keberadaan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang melibatkan komunikasi lintas negara itu juga menjadi catatan tersendiri atau point of view dalam cultural barrier.
4. Perilaku dan Watak
Perilaku dan watak seseorang juga merupakan faktor penghambat bagi kita ketika berkomunikasi dengan rekan kerja yang memiliki perbedaan latar belakang budaya. Sama halnya dengan cultural background bahwa personality terutama dalam hal cara berpikir yang cenderung berbeda-beda kemudian muncul ke dalam prilaku maka jika tidak diantisipasi maka rentan memicu perselisihan, persaingan tidak sehat, conflict of interest, dst.
5. Agama
Baru-baru ini pemberitaan terkait perdebatan dan perselisihan yang dikaitkan dengan agama sering bermunculan di headline news. Hal ini menandakan bahwa latar belakang agama juga dapat membuat orang untuk membatasi diri dalam menerima cultural diversity. Tidak dipungkiri bahwa di dalam dunia kerja, terkadang kita merasa nyaman dan cocok ketika kita berdiskusi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakangagama yang sama, alih-alih karena memiliki “kiblat” yang sama. Akan tetapi, tanpa kita sadari hal tersebut merupakan bentuk cultural barrier yang membuat kita mengisolasi diri dari keberagaman budaya.
Cara Mengatasi Cultural Barrier ?
Berbagai faktor yang telah dijelaskan di atas, menjadi hal yang perlu diketahui dan disadari menjadi pemicu cultural barrier. Cultural diversity tidak bisa kita hindari karena saat ini kita tinggal dan bersosialisasi di negara yang terkenal akan keberagaman suku dan budaya. Maka dari itu, terdapat beberapa tips atau cara guna meminimilasir munculnya cultural barriers terutama jika kita kaitkan dalam dunia kerja:
- Gunakan bahasa yang familiar yaitu bahasa Indonesia yang formal dan baku saat berkomunikasi dengan rekan sekerja
- Prinsip saling menghargai bahwa setiap orang memiliki keberagaman budaya
- Hindari pembahasan topik-topik yang mengarah kepada SARA serta memicu konflik khususnya jika dikaitkan dengan budaya mereka
- Mengadakan cross-cultural training sessions supaya semua karyawan bisa mengenali dan menjalin komunikasi dengan rekan sekantor dari berbagai latar belakang budaya. Selain itu, pastikancross-cultural training sessions dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan diterima oleh semua orang.
- Asah pengetahuan umum kita terkait bahasa dan budaya yang ada di Indonesia maupun di luar Indonesia sehingga akan membuat kita jauh lebih mudah terutama dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Bagaimana Cara Mengatasi Cultural Barrier Sebagai Seorang Konsultan ?
Tidak hanya rekan namun di pekerjaan kita sebagai konsultan tentu saja kitapun harus beradaptasi dengan klien yang memiliki latar belakang beragam terutama dari sisi budaya. Berikut adalah cara meminimalisir cultural barrier ketika mengahadapi seorang klien, melalui : Pelajari kata kunci yang menjadi ciri khas dari klien, sehingga kita bisa mengenali secara mendalam apa kriteria khusus yang melekat di dalam diri klien.
Setelah kita pelajari ciri khas dari klien, selanjutnya adalah pelajari budaya yang berlaku di klien kita. Sebelum kita penanganan dengan klien, pastinya konsultan akan berusaha mencari tahu budaya organisasi dan nilai-nilai apa yang dimiliki oleh klien kita. Tidak hanya untuk kepentingan pekerjaan saja, namun hal tersebut juga bermanfaat bagi kita, sehingga bisa mengenali secara baik budaya dan nilai-nilai apa yang berlaku di perusahaan klien kita.
Selanjutnya memberikan penghargaan khusus dalam hal cultural diversity. Melalui hal yang sifatnya sederhana seperti memberikan ucapan saat klien merayakan sesuatu terkait perayaan berkaitan budaya yang mereka miliki seperti even natal, lebaran, gong xi fa cai dst dan tentu saja melekat pada latar belakang agama yang dimiliki. Terakhir adalah open minded dan respect sehingga lebih memahami cultural diversity dan saling menghargai satu sama lain.