Mengapa Penerapan KPI Gagal?
06 September 2016
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Dian Khalisha Dwi Nurhadi, S.M.
Seiring dengan perkembangan bisnis dan persaingan yang semakin ketat, banyak perusahaan yang mulai mencoba menerapkan berbagai sistem pengelolaan SDM yang bisa membantu meningkatkan produktivitas perusahaan, salah satunya adalah dengan menerapkan Key Performance Indicators (KPI).
KPI merupakan salah satu tool untuk menilai dan mengevaluasi kinerja, baik kinerja perusahaan maupun masing-masing karyawan. KPI juga dapat diartikan sebagai indikator kinerja yang terukur yang digunakan sebagai acuan untuk menilai keberhasilan mulai dari level individu hingga level organisasi.
Namun demikian penerapan manajemen kinerja berbasis key performance indicators (KPI) seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ada sejumlah aspek yang menyebabkan penerapan KPI tidak berjalan dengan lancar.
1.Penentuan KPI
Aspek yang pertama yang dapat mempengaruhi kegagalan penerapan KPI adalah penentuan KPI. Dalam hal ini, banyak karyawan yang secara sengaja memilih jenis KPI yang mudah dicapai; dan menghindari pemilihan KPI yang relatif sulit dicapai. Penetapan KPI seharusnya mengacu pada aspek-aspek kritis jabatan dalam hal kontribusinya terhadap keberhasilan perusahaan. Salah satu tujuan penerapan KPI adalah untuk mendorong seluruh anggota perusahaan dalam mencapai visi perusahaan oleh karena itu perlu dirumuskan jenis KPI yang relevan dengan visi perusahaan.
2.Penetapan Target KPI
Aspek lainnya adalah pada penentuan target. Banyak manajer yang secara sengaja menentukan target yang terlalu rendah sehingga relatif mudah dicapai. Penentuan target KPI di setiap jabatan harus align dengan target perusahaan, bukan target yang “mudah dicapai”. Begitu pula sebaliknya, target yang terlalu sulit untuk dicapai juga akan menimbulkan demotivasi karyawan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik KPI dimana target yang ditetapkan harus bersifat achieveable.
3.Sistem monitoring KPI
Kegagalan penerapan manajemen kinerja KPI juga disebabkan olehsistem montoring KPIyang buruk. Artinya, pencapaian data realisasi KPI tidak dicatat dengan tekun setiap bulannya; sehingga data pencapaian banyak yang tidak akurat. Oleh karena itu perlu dilakukan system monitoring yang tepat atas tiap pencapaian.
4.Tidak adanya tools untuk memonitor pencapaian KPI.
Aspek lain yang dapat mempengaruhi adalah tidak adanya tools untuk memonitor pencapaian KPI. Sebagai misal ada KPI mengenai skor kepuasan pelanggan; namun ternyata perusahaan tidak memiliki alat ukur atau kuesioner untuk menilai skor kepuasan pelanggan. Jadi KPI itu kemudian tidak bisa dihitung.
Menerapkan sistem pengelolaan SDM selalu memiliki tantangan tersendiri. Hal ini terutama terjadi karena penerapan sistem pengelolaan SDM perlu didukung oleh seluruh elemen organisasi, bukan hanya kepentingan sebagian pihak. Oleh karena itu, selain memperhatikan beberapa hal di atas, perusahaan juga perlu mendapatkan komitmen dari seluruh pihak agar pelaksanaan penerapan sistem pengelolaan SDM dapat optimal dan membawa dampak positif bagi perusahaan.