Expectation GAP
15 February 2016
Category: AUDIT
Penulis:
Muhammad Jihaduddin Amri, S.E
Laporan Keuangan adalah gambaran kinerja suatu entitas. Esensinya adalah landasan keputusan banyak pihak, sepertiinvestor, kreditor, agen pemerintah, karyawan dan masyarakat umum secara luas, tetapi manajemen mungkin memiliki keinginan ekonomi tertentu sehingga tindakan rekayasa atau manipulasi laporan keuangan untuk mendapatkan hasil tertentu yang diinginkan. Alasan ini yang menyebabkan perlunya pemeriksaan auditor.
Ilustrasi diatas mengisyaratkan pentingnya hasil pemeriksaan auditor, pengguna laporan keuangan berharap agar auditor dapat menemukan tindakan-tindakan manajemen yang mungkin merugikannya. Auditor bekerja menurut standar-standar profesional yang tidak mungkin mengakomodasi setiap tindakan manajemen jauh diluar skope tanggung jawabnya yaitu laporan keuangan auditan dan hasil laporan audit.
Fenomena yang terjadi tersebut sebenarnya adalah perwujudan dari suatu kondisi yang disebut sebagai “Expectation Gap” yaitu adanya perbedaan antara harapan publik atau pemakai laporan keuangan dengan auditor mengenai peran dan tanggung jawab auditor.
Expectation gappertama kali didefinisikan oleh Ligio (1974) sebagaithe difference between the levels of expected performance“as envisioned by the independent accountant and by the user of financial statements” (dikutip dalam Koh dan Woo, 1998). Expectation gap adalah suatu fenomena yang terjadi karena perbedaan persepsi antara apa yang dipercaya auditor menjadi tanggung jawabnya dan apa yang dipercaya para pengguna laporan keuangan mengenai tanggung jawab auditor yang seharusnya.
Expectation gapdapat muncul oleh karena dua hal yaitu:
1.Kesenjangan kelayakan (reasonable gap) merupakan kesenjangan antara apa yang masyarakat ingin auditor capai dengan apa yang auditor dapat harapkan untuk dilakukan secara pantas.
2.Kesenjangan kinerja (performance gap) merupakan kesenjangan antara apa yang masyarakat harapkan untuk dilakukan oleh seorang auditor secara pantas dengan apa yang auditor pahami untuk dicapai.
Kesadaran akan expectation gap ini bukanlah sesuatu yang tanpa alasan karena expectation gap dapat merugikan bayak pihak. Untuk lebih memahami antara expectation gap dengan tanggung jawab auditor maka harus mengetahui dahulu tujuan manajemen (pengguna laporan keuangan dan tanggung jawab auditor.
Dalam Standar Audit (SA) 200 tentang “Tujuan Keseluruhan auditor Independen dan pelaksanaan audit berdasarkan standar audit”, tujuan keseluruhan auditor adalah memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material baik yang disebabkan oleh oleh kecurangan maupun kesalahan dan melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Beberapa hal yang menjadi dasar oleh auditor dalam melaksanakan audit adalah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat, jika auditor tidak mendapatkan bukti yang cukup dan tepat maka berpotensi menjadi resiko audit dalam menentukan opini laporan keuangan.
Pemakai laporan memandang bahwa auditor harus dapat mendeteksi kesalahan dan kecurangan dalam laporan keuangan entitas yang seharusnya dalam mendeteksi kecurangan dan kesalahan adalah tanggung jawab manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas entitas tersebut dimana fungsi Audit juga diterjemahkan oleh manajemen atau pihak yang berkepentingan sebagai kemampuan mendeteksi fraud. Pada dasarnya tanggung jawab auditor tentang kewajaran laporan keuangan, sedangkan mendeteksi kecurangantermasuk dalam proses perencanaan audit agar dapat menemukan akumulasi salah saji yang beralasan. Oleh karena itu kesadaran manajemen sangat diperlukan untuk lebih bertanggung jawab akan pencegahan fraud melalui sistem pengendalian internalnya.
Beberapa hal yang mengakibatkan adanya perbedaan harapan antara pemakai laporan keuangan dan auditor adalah :
1.Laporan keuangan adalah tanggung jawab dari manajemen dan bukan dari auditor
2.Audit memberikan keyakinan yang memadai dan bukan memberikan keyakinan yang absolut.
3.Proses audit hanya dipusatkan pada nilai-nilai yang material.
4.Tidak memungkinkan bagi auditor untuk memeriksa seluruh transaksi karena beberapa keterbatasan.
Karena proses audit yang terbatas dan tidak mencakup keseluruhan maka dalam pemberian opini audit didasarkan pada apa yang dirasa secara wajar dan tidak wajar dalam laporan keuangan dan bukan secara benar dan salah secara absolute seperti yang pemakai laporan keuangan harapkan.
Dengan demikian atas tanggung jawab auditor dan tanggung jawab manajemen yang ditunjang dengan sosialisasi pada pendidikan mahasiswa, pelatihan dan lain-lain diharapkan bahwa expectation gap antara pemakai laporan keuangan dan auditor dapat dikurangi semaksimal mungkin.
REFERENCES
Jurnal Akuntansi dan Manajemen “Peran Pengajar Auditing Terhadap Penguranan Expectation Gap Dalam Isu : Atribut Kinerja Auditor, Kepada Siapa Auditor bertangungjawab dan Komunikasi Hasil Audit.
SA 200 Tujuan Keseluruhan auditor Independen dan pelaksanaan audit berdasarkan standar audit.