Struktur Modal Perusahaan Mana Yang Terbaik? Utang Ataukah Ekuitas?
22 October 2015
Category: ACCOUNTING
Penulis:
Dedik Irawan, S.E.
Struktur modal perusahaan tidak ada yang murni atau tidak ada yang hanya berasal dari satu sumber saja. Selalu merupakan kombinasi atau bauran antara utang dengan ekuitas (debt and equity), baik itu ekuitas yang terbentuk sendiri dalam perusahaan maupun yang timbul dari penerbitan saham baru.
Kemudian pertanyaan yang terbesit di benak kita semua adalah mana yang lebih baik, bauran seperti apa yang terbaik bagi perusahaan?
Menentukan keputusan bauran modal perusahaan bukanlah sesuatu yang mudah, karena penetapan ini akan berpengaruh terhadap eksistensi perusahaan dalam jangka panjang, termasuk besarnya beban yang akan ditanggung. Struktur modal perusahaan tergantung pada beberapa factor yang melekat di dalamnya. Jika sebuah perusahaan membiayai aktivitasnya dengan menggunakan utang (debt), tentunya kreditur mengharapkan bunga dan pokok pinjaman terbayar seperti yang sudah dijanjikan dan disepakati sebelumnya. Gagal melaksanakan kesepakatan tersebut bisa berbuntut hukum.
Gagal membayar pokok dan bunga yang jatuh tempo akan menciptakan suatu kedaan yang disebut dengan “financial distress”, yaitu suatu keadaan dimana persahaan terpaksa harus mengambil keputusan dibawah tekanan untuk memenuhi kewajiban legalnya terhadap kreditur. Tentu saja model keputusan seperti ini sangat tidak diharapkan oleh manajemen perusahaan manapun.
Pada sisi lainnya, dengan pendanaan ekuitas (equity financing) praktis tidak ada kewajiban legal yang memaksa. Meskipun perusahaan dapat memilih untuk mendistribusikan dana kepada pemilik dalam bentuk dividen tunai, tidak ada persyaratan hukum yang memaksa perusahaan untk melakukan hal itu.
Salah satu alat untuk mengukur sejauh mana efektifitas utang digunakan untuk membiayai perusahaan adalah debt ratio, yaitu rasio utang terhadap ekuitas perusahaan. Debt ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:
Debt Ratio = Debt / Equity (atau Utang dibagi Ekuitas)
Debt ratio dinyatakan dalam persentase. Debt ratio merupakan ukuran relatif utang terhadap ekuitas, dimana semakin besar rasio utang, semakin besar penggunaan utang untuk operasi pembiayaan, relatif terhadap pembiayaan ekuitas.
Model pengukuran lain yang dapat digunakan adalah Debt to Assets Ratio, rasio ini dapat mengukur sejauh mana asset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Debt to Assets Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:
Debt-to-Assets Ratio = Debt / Total Asset (atau Utang dibagi Total Aset)
Hal ini merupakan proporsi utang dalam struktur modal perusahaan, diukur dengan menggunakan nilai buku atau nilai tercatat dari utang dan aset. Ketika mengevaluasi struktur modal persahaan yang berfokus pada modal jangka panjang perusahaan, selalu lebih baik jika dilakukan dengan cara melihat perbandingan antara bunga utang (interest-bearing debt) perusahaan dengan ekuitas perusahaan atau dengan modalnya.
Modal perusahaan adalah jumlah dari bunga utang dan ekuitas. Sehingga, rasio utang (debt ratio) dapat dinyatakan kembali sebagai rasio utang bunga dari perusahaan terhadap ekuitas (Debt-to-equity Ratio), dengan persamaan sbb:
Debt-to-equity Ratio = Interest-bearing Debt / Equity (Utang Bunga dibagi Ekuitas)
Kemudian utang terhadap asset dapat dinyatakan kembali sebagai proporsi bunga utang modal perusahaan:
Debt-to-capital Ratio = Interest-bearing Debt / Total Capital
(Bunga Utang dibagi total modal)
Komponen ekuitas dari semua rasio-rasio ini sering dinyatakan dalam nilai buku atau carrying value nya. Namun, ketika mengambil perspektif pasar struktur modal perusahaan, membandingkan modal utang dengan nilai pasar ekuitas, seringkali bermanfaat. Dalam formulasi di atas misalnya, total modal perusahaan adalah jumlah utang bunga dan nilai pasar ekuitas.
Nilai pasar dari utang dan ekuitas sangat berguna dalam pengambilan keputusan, tetapi kita tidak dapat mengabaikan nilai buku, karena nilai buku tetap relevan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh, perjanjian obligasi seringkali ditentukan dalam hal nilai buku atau rasio nilai buku. Contoh lainnya, dividen dibedakan dari pengembalian modal berdasarkan ketersediaan dari nilai buku laba ditahan. Oleh karena itu, meskipun fokusnya adalah terutama pada nilai pasar modal, pengambil keputusan tetap harus mempertimbangkan nilai buku utang dan ekuitas.
Dalam penerapan di dunia bisnis, ada kecenderungan bagi perusahaan-perusahaan di beberapa sektor dan industri untuk menggunakan lebih banyak utang daripada yang lain, di mana proporsi aset dibiayai dengan utang dan ekuitas. Perusahaan yang lebih banyak melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan (research and development) untuk produk dan teknologi baru, misalnya cenderung memiliki rasio utang terhadap asset yang lebih rendah jika dibandingkan perusahaan yang tidak banyak melakukan riset dalam operasionalnya. Perusahaan yang memerlukan investasi yang relatif besar dalam aktiva tetap yang lebih rendah cenderung memiliki rasio utang terhadap asset.
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah mendukung bahwa struktur modal yang berasal dari utang yang saat ini diterapkan oleh banyak perusahaan dan dipercaya dapat meningkatkan efektifitas dari operasional perusahaan yang nantinya akan memacu perusahaan menghasilkan suatu kinerja yang baik karena keterikatan perusahaan terhadap nilai kembali atau pelunasan atas hutang tersebut. Oleh karena itu dalam pengambilan hutang perusahaan tidak main-main dan selalu menghitung dengan berbagai rasio agar keputusan tersebut lebih terukur.
Sumber:
http://celphee-surf.blogspot.co.id/2012/03/aktiva-lancar-dan-struktur-hutang.html
http://kikimariki.blogspot.co.id/2008/12/manajemen-keuangan-struktur-modal.html
http://asii94.blogspot.co.id/2014/12/biaya-modal-dan-struktur-modal.html