Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

PERAN TOP MANAJEMEN DALAM MENGUBAH MINDSET SEORANG INDIVIDUAL PERFORMER MENJADI SEORANG PROFESSIONAL

14 December 2018
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:         Wahyu Intan Martina, S. Psi
PERAN TOP MANAJEMEN DALAM MENGUBAH MINDSET SEORANG INDIVIDUAL PERFORMER MENJADI SEORANG PROFESSIONAL

Berbicara tentang karyawan di perusahaan, banyak sekali tantangan yang akan dihadapi. Tidak hanya oleh manajemen melainkan oleh departemen HRD selaku fasilitator dalam kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia. Kembali karena manusia bukanlah robot dimana punya hasrat serta keinginan terutama dalam mengeluarkan ide serta aspirasinya. Pendapat yang diutarakan beragam dapat berupa apresiasi terhadap perusahaan ataupun sebaliknya pendapat yang lebih kepada keluhan bilamana perusahaan tidak mampu mengakomodir apa yang menjadi keinginannya.

Contoh paling nampak jika membahas kegiatan promosi. Respon kenaikan jabatan ini tentu saja beragam dimana disatu sisi dapat saja yang muncul respon positif namun tidak jarang respon yang diterima justru sebaliknya. Karyawan terbaik namun saat dipromosikan menjadi team leader merasa tidak siap. Sejumlah karyawan terbaik itu bahkan mengetahui resiko dibalik kegiatan promosi tersebut seperti halnya biasanya mengelola kinerja sendiri mau tidak mau dihadapkan harus mengelola kinerja kelompok (anak buah).

Hal ini yang kemudian menjadi suatu pertanyaan yang harus dijawab. Apakah pemain bola hebat dapat juga menjadi pelatih bola yang hebat???…Analogi yang membuat kita mengatakan bahwa sebagai pemain bola ia mampu dengan upayanya mencetak gol melalui manuver yang dilakukan. Namun jika dia ditempatkan sebagai pelatih tentu saja tujuannya bukan sekedar manuver pribadi dalam mencetak gol melainkan lebih kepada strategi. Strategi dalam mengelola team untuk selalu tetap kompak, memilih pemain mana yang siap untuk diterjunkan di lapangan termasuk mengetahui secara pasti team mana yang perlu dikembangkan sesuai dengan pembagian peran serta kontribusi yang diberikan.

Masalah kemudian terjadi saat kita alihkan konteks tersebut di Perusahaan seberapa banyak karyawan yang siap akan adanya perubahan. Karena tantangan terberat tidaklah mudah mengganti mindset dari mental individual performer menjadi mental professional leader. Apalagi jika di posisi saat ini sudah memberikan kenyamanan dan kenaikan jabatan selalu disertai dengan konsekuensi yang melekat seperti halnya pencapaian target dan punishment jika target tidak tercapai. Meskipun tidak menutup mata bahwa kenaikan pangkat atau jabatan tentu saja juga berdampak kepada penghasilan yang diterima.

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan Perusahaan (dapat langsung oleh Top Manajemen ataupun HRD Departemen)dalam menumbuhkan mindset dari seorang individual performance menjadi seorang professional leader :

  1. Merubah fokus yang akan dituju. Jika selama ini hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri sudah saatnya melihat kepada kepentingan team. Dapat dibukakan wacana kepada karyawan untuk meninjau apa yang menjadi tujuan utama dari suatu kelompok kerja. Kesuksesan selain karena peran seorang leader namun juga atas kontribusi dari setiap anggota yang terlibat. Tentu saja menyatukan karakter tidak selalu berhasil mengingat setiap orang adalah unik sehingga leader harus dapat mengantisipasi tantangan apa yang akan dihadapi kedepan? Upaya apa yang dapat dilakukan sehingga membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Kembali focus yang ditumbuhkan dalam diri bahwa “asalkan untuk kepentingan team….”.
  2. Belajarlah menjadi manajer dalam arti sesungguhnya. Banyak orang menjabat sebagai seorang manajer namun jika ditinjau ulang dari sekian manajer tersebut seberapa banyak yang benar-benar memiliki kompetensi atau kapabilitas di jabatan tersebut. Top manajemen dapat melakukan serangkaian upaya seperti mengajak belajar serta memahami seperti apa tuntutan peran seorang manajer melalui buku, pelatihan ataupun memanfaatkan sejumlah teknologi seperti halnya internet (e-book).
  3. Jangan berusaha untuk disukai semua orang. Tugas seorang leader adalah “To do the right thing”… melakukan sesuatu dengan benar terkadang tidak selalu sesuatu yang menyenangkan. Perlunya diberikan pemahaman kepada karyawan untuk siap tidak menjadi populer. Karena mau tidak mau menjadi seorang pemimpin akan selalu berhadapan dengan konflik bahkan justru tidak disukai.
  4. Luangkan waktu untuk mendengarkan team Anda. Perlu diberikan wacana kepada seorang leader untuk melihat kepada konteks team. Mengingat team ingin selalu didengar, menyediakan waktu untuk mereka termasuk membantu mereka dalam menemukan alternative solusi atas permasalahan yang dihadapi mereka. Tentu saja tidak mudah karena kalau selama ini bicara permasalahan juga harus melihat dalam konteks yang lebih luas. Terutama atas keputusan yang diambil diharapkan justru tidak menimbulkan persoalan baru.
  5. Menjadi teladan (role model). Konsep “tone of the top atau leader by example” sangat mengambil peranan disini. “You are the boss, be a role model!”… kalau bosnya saja berperilaku tidak terpuji maka anak buahnya tidak jauh berbeda… “Monkey see, monkey do… your people will see and copy what you do” Hal-hal yang dapat kita tularkan kepada anak buah seperti halnya integritas, disiplin, kerja keras, komunikasi serta bagaimana bekerja tanpa mengenal istilah berhitung (kinerja ekstra).
  6. Konsep aturan dan kelola (Manage up). Mengatur bukan hanya dalam konteks dengan bawahan. Ini perlu ditekankan kepada karyawan bahwa mengatur itu juga tetap mengelola diri sendiri sebagai bagian dari team serta kepada atasan yang memberikan kesempatan kita untuk memperoleh promosi. Karena hanya darisana jika mampu membuktikan kepada atasan bahwa atas mandat atau kepercayaan yang diberikan bisa diperoleh satu tujuan maka penghargaan serta apresiasi dapat diperoleh. Kembali mindset kesuksesan perlu selalu ditularkan, salah satu upaya dapat memberikan kesempatan dalam setiap anggota team dalam suatu job assignment. Untuk kemudian mengukur keberhasilan darisana.
  7. Mencari mentor yang membantu dalam mengeluarkan potensi terbaik. Beberapa orang memerlukan orang lain dalam mengeluarkan hal-hal yang menjadi potensi terbaiknya. Tentu saja dalam memilih mentor tidak boleh sembarangan melainkan kepada yang lebih senior serta memiliki jam terbang sebagai team leader. Karakteristik mentor ini bukan untuk keperluan leading melainkan membantu saat menghadapi tantangan guna menyadarkan untuk dapat berpikir serta bertindak secara mandiri menyelesaikan persoalan yang ada.

   For Further Information, Please Contact Us!