Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

CASHLESS SOCIETY DI ERA MILENIAL MANA YANG LEBIH BAIK CASH VS CASHLESS?

18 March 2020
Category: SECRETARY
Penulis:         Stephanie Octavia, S.E.
CASHLESS SOCIETY DI ERA MILENIAL  MANA YANG LEBIH BAIK CASH VS CASHLESS?

Pada awal tahun 2000an, transaksi perbankan harus dilakukan langsung pada Bank dan customer harus rela antri untuk mengambil uang atau transaksi keuangan lainnya. Selang beberapa tahun kemudian muncul “kartu ATM” mulai dipasarkan sebagai alat untuk melakukan pencairan uang melalui mesin ATM tanpa harus ke bank. Munculnya ATM (Automatic Teller Machine)sebuah kartu ber-chip yang semula hanya sebagai langkah efisiensi dalam mengecek dan menyetorkan uang di rekening tanpa perlu ditangani seorang teller, mulai berevolusi menjadi sebuah alat transaksi untuk pembayaran, hingga Kartu ATM ini pun mulai bertransformasi menjadi kartu ATM debit dan kredit. Tidak berhenti sampai disitu, model transaksi keuangan terus mengalami inovasi.

Seiring perkembangan teknologi yang kian pesat melahirkan cashless society, sebuah istilah akibat dari berkurangnya penggunaan uang fisik karena tergantikan uang digital atau e-money. E-money dengan dua versi yaitu berbasis pada server seperti halnya ovo cash, dana, gopay dan berbasis pada chip seperti BCA Flazz, MANDIRI e-money dan masih banyak yang lainnya. Hingga saat ini, model layanan elektronic money telah banyak dilakukan pada setiap transaksi–transaksi masyarakat modern, terutama kaum generasi milenial, yang kemudian transaksi ini mulai menjadi budaya dan disebut cashless society atau budaya bertransaksi tanpa uang. Pada umumnya masyarakat menyambut sistem transaksi non tunai ini dengan euphoria, didukung oleh banyaknya promo yang memberikan keuntungan bagi customer oleh penyedia layanan uang digital untuk mendorong penetrasi penggunaan cashless. Budaya cashless society kini telah menjadi sebuah keharusan, karena hampir setiap hari transaksi keuangan sudah mulai berganti menggunakan uang digital baik berbentuk kartu debit maupun kredit hingga aplikasi e-wallet yang dengan mudahnya diakses melalui smartphone, berbagai transaksi keuangan seperti pembayaran transportasi umum, membayar tol, membayar parkir, belanja kebutuhan harian dengan kartu kredit maupun debit semakin menguatkan cashless society di masyarakat.

Cashless society menjadi sebuah budaya fenomena ekonomi yang tidak lepas dari campur tangan pola bisnis dan kegiatan ekonomi yang terdigitalisasi. Disadari atau tidak, fenomena cashless sangat berefek pada perekonomian karena mempengaruhi pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah sebelumnya dari transformasi perilaku industri kita yang berbasis pada teknologi.

Dikutip dari siaran pers Grant Thornton Indonesia, berikut 3 hal penting yang perlu diketahui masyarakat terkait cashless society terkait transaksi non-tunai dibandingkan dengan transaksi tunai yang tentunya selalu ada plus dan minus diantara keduanya:

1. Beragam promo menarik vs konsumtif

Promo menjadi strategi paling ampuh untuk menarik minat masyarakat menggunakan uang digital, sehingga berbagai penyedia layanan uang digital berlomba memberikan promo seperti potongan harga hingga cashback besar-besaran. Tentunya hal ini menguntungkan jika kita belanjakan untuk produk yang memang kita perlukan, namun tanpa disadari kemudahan ini juga membuat masyarakat kian konsumtif yang pada akhirnya hanya menjadi impulsive buying karena pembelian yang tidak terrencana, sehingga tergoda diskon hingga pengeluaran menjadi tak terkendali. Tapi bila Anda bijaksana, maka memanfaatkan promo-promo ini dapat untuk menghemat pengeluaran.

Selain itu sistem pembayaran melalui GO-Pay atau Grab Credits misalnya, dapat memberikan kesempatan dalam bertransportasi dari dan menuju tempat kerja dengan mendapatkan diskon-diskon tambahan yang sangat menarik, dan sedikit-sedikit mulai memangkas pengeluaran dari hal yang sederhana. Untuk mencegah pengeluaran yang tidak perlu, maka sering-seringlah melihat sisa saldo yang dimiliki. Anda tetap aware terhadap jumlah uang yang masih dimiliki dan mengurangi risiko pemborosan.

2. Transaksi lebih cepat vs masalah sinyal

Transaksi dengan nilai besar tentunya akan memakan waktu lebih lama dengan perlunya pihak tenant menghitung uang dahulu, belum lagi menunggu uang kembalian yang kadang tidak tersedia pecahannya di kasir. Dengan transaksi cashless proses tersebut dapat menjadi jauh lebih mudah dan cepat dengan tinggal gesek kartu pada mesin EDC ataupun scan barcode. Namun pernahkah terbayang jika mesin-mesin tersebut atau smartphone yang kita gunakan mengalami kesulitan signal? Otomatis pembayaran tidak bisa dilakukan jika tidak membawa uang tunai hingga ada resiko transaksi justru menjadi lebih lama atau bahkan terpaksa membatalkan pembelian.

3. Terhindar dari perampokan vs serangan cyber

Kartu maupun aplikasi uang digital di dalam smartphone tentunya memiliki pin dan password yang menjadikan keamanan lebih ekstra, disamping itu membawa uang dalam jumlah banyak dalam tas ataupun dompet dapat menarik perhatian yang berisiko mengundang aksi kriminal. Perlu dipahami juga secanggih apapun teknologi yang digunakan pada sistem uang digital tetap saja ada celah yang memungkinkan terjadinya serangan cyber termasuk pencurian data dengan risiko tinggi kehilangan uang karena data diretas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

4. Nyaman dan Efisien

Metode dengan uang tunai bila dibandingkan dengan cashless terasa lebih nyaman dan efisien. Karena saat ini, beberapa metode pembayaran cashless hanya memerlukan sistem tap (ditempel) saja dari handphone kita seperti Telkomsel T-Cash, Dana dsb. Tidak hanya nyaman, cara ini juga dinilai lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.

Dengan adanya metode tersebut, dimanfaatkan juga oleh Jasa Marga. Mereka tidak lagi menggunakan uang tunai tetapi pengendara melakukan pembayaran sendiri dengan tap kartu yang mereka miliki. Adanya metode ini membuat pengendara nyaman, tidak perlu ribet mengeluarkan uang dari dompet, hal ini tentu membuat waktu menjadi efisien serta mengurangi kemacetan. Metode pembayaran menggunakan smartphone dengan fitur NFC yang masih belum populer di Indonesia. Dengan fitur tersebut, anda hanya perlu tap smartphone Anda ke mesin EDC (electronic data capture) untuk bertransaksi. Selain itu dengan sistem cashless, tidak perlu lagi khawatir memikirkan uang kembalian karena jumlah uang yang dipotong sudah pas, sesuai dengan jumlah transaksi anda.

5. Mempermudah dalam meninjau transaksi

Dengan bertransaksi secara cashless, semua transaksi nantinya akan memiliki jejak dan dapat dengan mudah dilacak. Mulai dari jumlah transaksi, tempat, dan juga waktu, seluruh keterangan tersebut bisa dapatkan dengan mudah. Kemudahan tracking ini juga menjadi sarana agar dapat mengontrol transaksi yang dilakukan agar tidak ada penyalahgunaan apapun dan mulai memangkas pengeluaran saat sudah berlebihan.

Selain ada kelebihan, penggunaan cashless ada juga memiliki kekurangan, antara lain:

Pertama, cenderung lebih boros dengan menggunakan metode cashless, tentu Anda tidak menggunakan uang dalam bentuk fisik. Hal ini lama kelamaan dapat mengubah kebiasaan belanja anda, dimana ketika pembayaran dilakukan dengan uang tunai, kita secara sadar akan mengeluarkan sejumlah uang secara fisik. Berbeda dengan metode-metode cashless, walau anda tahu sudah mengeluarkan uang, tetapi transaksi tersebut tidak terjadi secara fisik. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kesadaran sehingga akan muncul kecenderungan untuk terus menghabiskan uang dan akhirnya berujung pada pemborosan.

Kedua, perlu pemahaman teknologi, metode cashless berbasis pada sistem elektronik, sehingga pengguna perlu memiliki pemahaman yang cukup mengenai teknologi dan pemakaiannya. Sistem cashless menuntut dapat berinteraksi dan menggunakan perangkat elektronik baik berupa mesin ATM, mesin EDC, maupun smartphone. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sebagian orang yang belum terbiasa menggunakan teknologi, seperti kaum lansia dan baby boomer yang masih banyak jumlahnya di Indonesia. Ini salah satu penyebab utama transaksi cashless di Indonesia masih berpusat di Ibukota atau kota-kota besar lainnya. Untuk kaum lansia akan lebih sulit untuk mempercayai sistem cashless sehingga akan lebih sulit mengubah perilaku transaksi mereka. Pengguna diharuskan melek teknologi dan memberikan edukasi secara merata tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.

Ketiga, kerugian lainnya adalah jika kartu hilang akan sangat merugikan. Bayangkan saja jika baru saja melakukan top up dengan nominal tertentu, lalu kartu tersebut tidak sengaja hilang. Beberapa kartu tidak memfasilitasi untuk melakukan back up dana ke kartu yang baru, sehingga uang tersebut akan hilang begitu saja. Maka dari itu, pastikan untuk menyimpan kartu dengan baik, tidak ada salahnya untuk mengalungkan kartu di leher atau menempelkan kartu pada casing handphone. Tidak ketinggalan, jangan melakukan top up dana yang terlalu banyak, karena selain berbahaya tentu saja untuk menghindari kejadian buruk seperti ini.

Pada saat ini, beragam produk cashless masih terus bermunculan dan menyebabkan persaingan yang tinggi diantara sesama vendor cashless. Sebelum memilih dan memutuskan menggunakan metode pembayaran keuangan dengan cashless dapat mempelajari vendor mana saja yang memberikan penawaran sebelum berkomitmen pada produk cashless tertentu. Dan pilihan transaksi yang dipilih baik cash atau cashless tergantung pada pilihan masing-masing pengguna berdasarkan pengalaman bertransaksi keuangan. Bijaksanalah dengan pilihan tersebut menggunakan cash atau cashless.

   For Further Information, Please Contact Us!