Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

ADAPTASI Atau MATI!! (Menghadapi Era Disrupsi.)

13 July 2018
Category: ACCOUNTING
Penulis:         Ernatalia Sari, S.E
ADAPTASI Atau MATI!! (Menghadapi Era Disrupsi.)

Dunia bisnis sedang mengalami kecemasan dengan adanya banyak tantangan baru yang sulit terprediksi. Tahun 2018 adalah tahun dimana Indonesia menghadapi tantangan Era Inovasi Disruptif. Apa itu inovasi disruptif? ,menurut Wikipedia inovasi disruptif didefinisikan sebagai Inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut. Sedangkan disruptif sendiri didefinisikan sebagai hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan yang fundamental atau mendasar. Satu di antara yang membuat terjadi perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar setiap celah kehidupan manusia. Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam dunia bisnis.

Bagi sebagian kalangan menganggap ini adalah sebuah peluang, namun adapula yang menganggap era disrupsi ini adalah sebuah ancaman kebangkrutan yang tidak terprediksi. Cukup mengerikan bagi perusahaan/ pelaku bisnis yang merasa nyaman dengan kondisi saat ini. Efek disrupsi ini dapat menjadikan yang dulunya market leader dalam model bisnis lama, menjadi tergerus oleh para pemain baru yang menggunakan model bisnis baru yang lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan digitalisasi teknologi informasi. Namun pada kenyataannya banyak pelaku bisnis yang merasa kesulitan untuk melakukan perubahan secara fundamental atau hal-hal mendasar yang telah menjadi kebiasaan terselenggaranya organisasi. Hal ini disebabkan untuk melakukan perubahan secara fundamental tentu diperlukan usaha ekstra karena perubahan mendasar bisa berarti mengubah model bisnis atau bahkan melakukan migrasi bisnis.

Meski demikian sebenarnya disrupsi dalam dunia bisnis bukanlah hal yang baru, melainkan harus siap dihadapi para pelaku bisnis setiap waktu. Satu-satunya cara untuk mengadapi era disrupsi adalah dengan beradaptasi. Berikut adalah 7 hal yang dapat dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam menghadapi era disrupsi.

    1.Be an Agent of Disruption.

    Menjadi pionir dalam era disrupsi dapat tercapai hanya jika pelaku bisnis tersebut tanggap dan mampu mewaspadai situasi disrupsi yang akan terjadi sedini mungkin. Untuk itu pelaku bisnis perlu untuk melakukan pengamatan atas perubahan-perubahan yang sedang atau akan terjadi sehingga gejala akan terjadinya disrupsi dapat dikenali lebih dini. Perubahan-perubahan yang perlu diamati adalah perubahan yang akan mempengaruhi lingkungan bisnis, dapat mencakup trend teknologi, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan. Dengan pengamatan secara seksama dan berkala pelaku bisnis akan mampu mendeteksi pergerakan lingkungan bisnis sehingga mampu mengantisipasi dan menjadi tanggap beradaptasi dengan baik.

    2.Research

    Hasil pengamatan pasar dan lingkungan tidak dapat serta merta dijadikan dasar dalam mengambil keputusan strategic. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian/riset agar dapat meyakini informasi yang diperoleh. Dengan demikian informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena telah dilakukan dengan pendekatan ilmiah. Biasanya perusahaan akan membentuk tersendiri sebuah divisi yang akan dipercaya untuk melakukan riset, divisi tersebut adalah divisi R&D (Research & Development). Sedangkan pelaku bisnis menengah kebawah dapat melakukan riset ini sendiri atau dengan menggunakan bantuan tenaga ahli yang menawarkan jasa riset pasar yang biasanya satu paket dengan produk jasa yakni (Studi Kelayakan/Feasibility Study).

    3.Risk Management

    Pengelolaan Resiko menjadi penting karena disrupsi akan mendatangkan berbagai macam resiko yang sulit diprediksi. Kondisi dan situasi dirupsi akan memicu resiko bisnis dari segala sisi. Pengendalian Resiko dapat difokuskan pada pengendalian disrupsi itu sendiri. Pengendalian disrupsi dapat meliputi pengidentifikasian, analisis dan evaluasi dalam rangka agar perusahaan atau organisasi dapat memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk mengantisipasi situasi disrupsi.

    4.Inovation

    Inovasi adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan sebelum atau pasca era disrupsi dimulai. Ketika era disrupsi belum dimulai tetapi perusahaan sudah tanggap akan datangnya era ini, maka perusahaan memiliki kesempatan lebih untuk mencuri pasar dengan menghadirkan atau menyiapkan inovasi untuk menghadapi situasi ini. Bagi perusahaan yang belum mengantisipasinya pun dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian atas bisnis lama sehingga bisnis tersebut akan lebih sesuai dengan era yang berlangsung dan tidak ditinggalkan oleh pelanggannya.

    5.Switching

    Switching atau putar haluan bisnis dapat menjadi pilihan bagi pelaku bisnis yang merasa bahwa bisnisnya saat ini sudah tidak dapat diapa-apakan, diotak-atik maupun dimodifikasi. Switching akan menjadi satu-satunya solusi yakni dengan berani mematikan produk lamanya, dan berani untuk membangun bisnis baru yang lebih sesuai dengan era kini. Cukup tega dan berat memang, tetapi solusi ini pernah dilakukan oleh perusahaan Telkom, yang telah berani mematikan produknya sendiri (telpon kabel) dan dengan berani membangun produk-produk pengganti seperti telpon nirkabel.

    6.Partnership

    Membangun produk baru atau menjalankan perubahan secara fundamental/mendasar bukanlah hal yang mudah untuk dicapai dan direalisasikan. Karena pada dasarnya tidak semua unit bisnis memiliki modal yang cukup untuk melakukan segala perubahan yang direncanakan. Oleh karena itu partnership adalah solusi terbaik, yakni dengan membangun kerjasama dengan beberapa rekan atau lini bisnis menjadi satu rantai bisnis untuk tercapainya efisiensi dan efektivitas proses bisnis. Solusi ini pernah dilakukan oleh perusahaan “taksi Bluebird” yang mana memilih bekerjasama dengan perusahaan transportasi online “Gojek” demi mengejar ketertinggalannya akan inovasi transportasi online kekinian.

    7.Change Management

    Efek disrupsi dapat mencakup semua aspek perusahaan, tak terkecuali aspek budaya organisasi. Change Management akan menciptakan sebuah bisnis atau organisasi yang lebih flexible dalam menghadapi era disrupsi, dimana cara ini akan merubah pola pikir organisasi dimulai dari pola pikir atau kesadaran sumber daya manusianya. Dengan demikian secara organisasi akan bahu-membahu menghadapi dan melaksanakan perubahan-perubahan yang telah direncanakan.

   For Further Information, Please Contact Us!